Indah Septiarini
D24130048
Indahseptiarini.blogspot.com
Artikel
Peternakan
Pembangunan sektor pertanian dan usaha agribisnis yang senantiasa
didorong untuk mewujudkan perekonomian nasional yang sehat dalam berdaya saing,
berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi. Hal tersebut tercermin
dari visi yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian, sedangkan dalam misi
pembangunan peternakan antara lain adalah memfasilitasi penyediakan pangan asal
ternak yang cukup baik secara kuantitas maupun kualitasnya, memberdayakan SDM
agar menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, menciptakan peluang ekonomi
untuk meningkatkan pendapatan, membantu menciptakan lapangan kerja, dan
melestarikan serta memanfaatkan sumberdaya alam pendukung peternakan
(Departemen Pertanian, 2001). Salah satu komoditas perternakan yang memenuhi
kriteria seperti pada visi dan misi antara lain komoditas domba dan kambing.
Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak bangsa ternak yang
tersebar di seluruh dunia. Sampai saat ini tercatat 244 bangsa domba yang telah
diidentifikasi dengan cukup baik dan dari 300 bangsa kambing yang tercatat, 81
bangsa kambing telah teridentifikasi dengan baik sehingga dari performa fisik dapat
dibedakan antara satu bangsa dengan bangsa lainnya (Heriyadi, dkk., 2002).
Beberapa bangsa domba dan kambing tersebut terdapat telah
berkembangbiak dengan baik pada berbagai kondisi dan wilayah di Indonesia.
Secara umum komoditas domba dan kambing terdistribusi di berbagai pulau atau
provinsi di seluruh wilayah Indonesia atau minimum menyebar di 11 provinsi di
seluruh Indonesia. Luasnya penyebaran populasi komoditas domba dan kambing
tersebut membuktikan bahwa berbagai wilayah di tanah air memiliki tingkat
kecocokan yang baik untuk pengembangan, baik kecocokan dari segi vegetasi,
topografi, klimat, atau bahkan dari sisi sosial-budaya daerah setempat. Lokasi
penyebaran kambing sangat cocok bila dikembangkan di Provinsi Jawa Tengah. Pada
provinsi tersebut populasi kambing adalah yang paling tinggi dibandingkan
provinsi-provinsi lain di Indonesia (3.033.952 ekor), dan domba sangat cocok
bila dikembangkan di Provinsi Jawa Barat, karena populasi domba di Provinsi
Jawa Barat adalah yang paling tinggi di Indonesia yaitu sebanyak 4.221.806 ekor
atau mencapai 55,9 % populasi domba nasional (Statistik Peternakan, 2006).
Berdasarkan data yang diolah dari Departemen Pertanian (2003),
terungkap bahwa daerah yang populasinya paling padat dan cocok untuk
mengembangkan kambing dan domba sebagai sumber bibit dan bakalan untuk
komoditas seperti kambing secara berturut-turut adalah Jawa Tengah, Jawa Timur,
Jawa Barat, Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darusallam, dan Sulawesi Selatan
serta domba secara berturut-turut adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sumatera Utara, dan Nanggroe Aceh Darusallam. Upaya
pengembangan komoditas ternak apapun, termasuk pengembangan dan peningkatan
produktivitas domba dan kambing, tidak terlepas dari visi pembangunan sektor
pertanian dan misi pembangunan peternakan yang telah ditetapkan sebagai arah
dalam upaya pengembangan setiap komoditas ternak.
1. KONDISI KEKINIAN DOMBA DAN KAMBING, POTENSI DAN MASALAHNYA
1.1 Kondisi
Kekinian Domba dan Kambing
Perkembangan
peternakan domba dan kambing (doka) sampai saat ini relatif jalan di tempat. Perkembangan
produksi dan produktivitasnya hampir tidak mengalami kemajuan berarti, hal ini
diduga akibat pola pemeliharaannya yang masih bersifat tradisional dengan skala
pemilikan yang kecil (small holders). Sehingga doka kebanyakan dipelihara apa
adanya tanpa suatu perencanaan yang jelas untuk lebih berkembang, lebih
produktif, dan lebih menguntungkan, di samping itu jumlah pemotongan doka
termasuk domba dan kambing betina produktif untuk kebutuhan lokal pun cukup
tinggi, sehingga bila produktivitasnya tidak ditingkatkan dan dikembangkan
secara komersial dan dalam skala yang besar, dihawatirkan akan terjadi
pengurasan populasi domba dan kambing nasional, karena perkembangan populasi
doka tidak sejalan dengan meningkatnya permintaan akan doka dan perkembangan
populasi penduduk.
Populasi
domba dan kambing di Indonesia saat ini mencapai 19 347 475 ekor, terdiri atas
domba sebanyak 7.549 .316 ekor dan kambing 11.798.159 ekor, sedangkan populasi
domba di Jawa Barat mencapai 4.221.806 ekor (55,92 % populasi nasional) dan
kambing berjumlah 1.148.547 ekor dan pemotongan domba yang tercatat di Jawa
Barat pada Tahun 2006 mencapai 3.343.365 ekor, sedangkan kambing sebanyak 444.969
ekor (Statistik Peternakan, 2006).Artinya permintaan daging domba di Jawa Barat
sangat tinggi dan nyaris menguras populasi yang ada pada tahun berjalan, bila
hal ini tidak segera diantisipasi bukan tidak mungkin lambat laun domba akan
punah dari bumi Jawa Barat, walau pun domba-domba lokal di Jawa Barat termasuk
Domba Garut dikenal sebagai domba yang paling prolifik di muka bumi. Kondisi
ini dihawatirkan diperparah oleh sulit tercapainya PSDS 2010 (Program
Swasembada Daging Sapi 2010).
1.2 Potensi
yang Mungkin Dikembangkan dan Peluang Pasar
Potensi
untuk mengembangkan domba dan kambing di Indonesia sangat terbuka lebar, karena
kurang lebih 30 persen kebutuhan pangan dan pertanian dipenuhi oleh ternak,
sehingga keberadaan ternak menjadi sangat strategis dalam hidup dan kehidupan
manusia. Pengembangan potensi tersebut sebenarnya sangat terbuka lebar, hal ini
didukung oleh:
1.
Sumber Daya Manusia, seperti Ilmuwan dari perguruan tinggi, lembaga penelitian,
balai-balai penelitian.
2.
Kelembagaan yang terkait dengan domba dan kambing, seperti Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD), Balai Embrio Transfer (BET), Balai Inseminasi Buatan
(BIB), dan Satker Dinas Peternakan, Peternak dan Kelompok Peternak domba dan
kambing, Organisasi Profesi (HPDKI, PG30), pasar doka baik di dalam maupun luar
negeri.
3.
Potensial sebagai bibit (Domba Garut, Domba Ekor Gemuk, Domba Ekor Tipis,
Kambing Peranakan Ettawa, dll), Kemajuan ilmu pemuliaan (seleksi, culling,
replacement, persilangan, dan rekayasa genetika), Kemajuan industri obat-obatan
ternak, dukungan peternakan rakyat dan kelompok peternak dalam produksi bibit
sebar dan bibit induk, daya dukung perkebunan-perkebunan, lahan-lahan kritis,
areal kehutanan, lahan-lahan pangonan, yang dapat dijadikan basis ekologi
peternakan domba dan kambing.
1.3
Ancaman-ancaman bila Domba dan Kambing Tidak Digarap Serius
Indonesia
memiliki keragaman plasma nutfah domba dan kambing yang potensial dan cukup
banyak.Potensial tersebut untuk dikembangkan dan dimanfaatkan agar diperoleh manfaat
ekonomi bagi masyarakat. Di antara plasma nutfah tersebut yang memiliki potensi
ekonomi antara lain Domba Garut, Domba Ekor Gemuk, Domba-domba komposit,
Kambing Peranakan Ettawa, dan doka lokal dari berbagai daerah di wilayah
Indonesia.Keberadaan plasma nutfah potensial tersebut sampai saat ini masih
kurang digarap secara serius, khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan
peternak yang memeliharanya, kesinambungan dan keberlanjutan usaha doka, serta
untuk melindungi dan menyelamatkan plasma nutfah asli Indonesia.
Permintaan
akan doka terus meningkat, pemotongan pun sering kurang terkendali yang
terbukti dengan tingginya angka pemotongan doka betina produktif, sehingga
peluang-peluang tersebut justru dapat menjadi bumerang, karena dapat pula
berpotensi menjadi sumber pengurasan doka dan plasma nutfah Indonesia. Hal ini
berkaitan dengan terancamnya kepunahan 30 % bangsa ternak di muka bumi seperti
yang dilansir oleh FAO, diduga 1 spesies atau bangsa ternak punah setiap 5
hari, dan kepunahan tersebut setengahnya atau 50 % terjadi dinegara-negara
berkembang. Atas dasar itu pula pada Tanggal 7 September FAO mengeluarkan
deklarasi di Switzerland yang dikenal dengan Deklarasi Interlaken, yang
bertujuan untuk penyelamatan dan pemanfaatan berkelanjutan sumber daya genetik
ternak yang ada di dunia dan dimanfaatkan sebagai sumber pangan dan pendukung
pertanian, agar keamanan pangan dunia dapat terjamin, mengakui State of the
world’s animal genetic resources, kajian mendalam tentang sumber daya genetik
ternak dan menyiapkan Global Plan of Action for Animal Genetic Resources.
2. SOLUSI DAN MODEL USAHA YANG TEPAT
2.1 Model-model
Pengembangan Domba dan Kambing
Rancangan
pembangunan dan pengembangan pembibitan doka di Indonesia, sangat bergantung
atas pengembangan industri benih (mani dan mudigah) dan bibit doka (bakalan
doka pada umur tertentu) yang bersumber dari dalam negeri. Hal ini berusaha
dicapai melalui visi perbibitan peternakan, yaitu tersedianya berbagai jenis
bibit dalam jumlah dan mutu yang memadai serta mudah diperoleh, pelaksanaannya
dikejawantahkan dalam visi dan misi sebagai berikut :
1. Menyediakan
bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup.
2. Mengurangi
ketergantungan impor bibit ternak.
3. Melestarikan
dan memanfaatkan bangsa ternak setempat.
4. Mendorong
pembibitan-pembibitan pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Usaha
dalam meningkatkan mutu genetik ternak perlu dilakukan secara terencana, terarah,
dan berkesinambungan, kualitas mutu genetik ternak akan sangat terkait dengan
produktivitas dalam usaha di bidang peternakan, upaya yang dapat ditempuh
adalah dengan meningkatkan nilai rata-rata sifat produktif (sifat yang
dikehendaki) yang dimiliki oleh sekelompok ternak.Strategi pengembangan
kelembagaan perbibitan yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian (2003),
adalah berupaya untuk membentuk dan memberdayakan berbagai kelembagaan
penunjang produksi bibit ruminansia, antara lain adalah :
1. Secara
konsisten memperbaiki kinerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) perbibitan ternak ke
arah komersialisasi dan privatisasi, sehingga UPT perbibitan ruminansia dapat
menghasilkan bibit ternak yang berkualitas,
2. Mengembangkan
kelembagaan penangkar bibit ternak rakyat yang dilaksanakan oleh masyarakat
peternak sendiri, dengan pola dasar semacam VBC (Village Breeding Center).
2.2 Model dan
Skala Usaha yang Ekonomis
Usaha
peternakan doka terkait dengan pada dasarnya dibagi dalam dua jenis usaha,
pertama adalah usaha penyediaan bibit atau bakalan dan usaha penggemukan doka.
Secara umum semua usaha pembibitan baik pembibitan domba maupun kambing,
keduanya sama-sama tidak menguntungkan karena usaha pembibitan tersebut
memerlukan biaya yang besar, resiko yang tinggi, dan tidak quick yielding. Oleh
karena itu usaha pembibitan ternak sebaiknya dikelola oleh pemerintah atau
swasta yang kuat dari segi permodalan dan memiliki jiwa nasionalisme yang
tinggi.
Peternak
doka small holders yang melakukan pembibitan dalam skala rumah tangga sering
tidak merasakan rugi, karena pemeliharaan yang dilakukan masih bersifat
tradisional yang sering tidak memperhitungkan faktor-faktor produksi, sehingga
kerugian yang terjadi tidak dirasakan secara langsung oleh Peternak, namun bila
diperhitungkan secara ekonomis usaha pembibitan tersebut akan terlihat merugi.
Penggemukan doka sebenarnya dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan usaha,
dan bila dikelola dengan cermat dapat menghasilkan keuntungan yang lumayan.
Tentu saja dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti pemilihan bakalan,
pemberian pakan, manajemen pemeliharaan, pertimbangan kesehatan ternak, dan
penguasaan pasar yang baik, termasuk pertimbangan waktu yang tepat dalam
menjual doka.